Minggu, 21 April 2013

makalah persepsi ujaran dan perkembangan otak manusia


PERSEPSI UJARAN: TAHAPAN UJARAN, FONOTAKTIK, TILAS NEUROFISIOLOGIS

A.    PENDAHULUAN
Bahasa merupakan satu wujud yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, sehingga dapat dikatakan bahwa bahasa itu adalah milik manusia yang telah menyatu dengan pemiliknya. Sebagai salah satu milik manusia, bahasa selalu muncul dalam segala aspek dan kegiatan manusia. Tidak ada satu kegiatan manusia pun yang tidak disertai dengan kehadiran bahasa. Oleh karena itu, jika orang bertanya apakah bahasa itu, maka jawabannya dapat bermacam-macam sejalan dengan bidang kegiatan tempat bahasa itu digunakan. Jawaban seperti, bahasa adalah alat untuk menyampaikan  isi pikiran, bahasa adalah alat untuk berinteraksi, bahasa adalah alat untuk mengekspresikan diri, dan bahasa adalah alat untuk menampung hasil kebudayaan, semuanya dapat diterima.
Berbahasa itu adalah proses menyampaikan makna oleh penutur kepada pendengar melalui satu atau serangkaian ujaran. Satu proses berbahasa dikatakan berjalan baik apabila makna yang dikirmkan penutur dapat di resepsi oleh pendengar persis seperti yang di maksudkan oleh si penutur. Sebaliknya, suatu proses berbahasa dikatakan tidak berjalan dengan baik pabila makna yang dikirim penutur diresepsi atau dipahami pendengar tidak sesuai dengan yang dikehendaki penutur. Ketidaksesuaian ini bisa disebabkan oleh faktor penutur yang kurang pandai dalam memproduksi ujaran, bisa juga disebabkan oleh faktor pendengar yang kurang mampu meresepsi ujaran itu, atau bisa juga akibat faktor lingkungan sewaktu ujaran itu ditransfer dari mulut penutur ke dalam telinga pendengar.
Secara awam manusia menggunakan kata ‘mendengar’ atau ‘mendengarkan’. Artinya organ dengar kita menangkap berbagai bunyi yang prosesnya, kemudahannya, atau kesulitannya tidak banyak kita sadari. Bunyi yang tertangkap pun beragam, ada yang bermakna, ada yang tidak bermakna, ada yang tertangka secara utuh dan ada yang hanya sebagian atau utuh tetapi mengalami distorsi. Menangkap suatu ujaran bukanlah suatu proses yang sederhana. Manusia harus memulai dengan proses bagaimana mencerna bunyi-bunyi itu sebelum dapat memahaminya sebagai ujaran.

B.     PEMBAHASAN
1.      PERSEPSI UJARAN(31)
Ujaran adalah suara murni (tuturan), langsung, dari sosok yang berbicara.Jadi ujaran itu adalah sesuatu baik berupa kata,kalimat,gagasan, yang keluar dari mulut manusia yang mempunyai arti. Dengan adanya ujaran ini maka akan muncullah makna sintaksis, semantik,dan pragmatik ( http://afrizaldaonk.blogspot.com/2011/01/persepsi-ujaran.html)
Persepsi adalah sebuah proses saat individu mengatur dan menginterpretasikan kesan-kesan sensoris mereka guna memberikan arti bagi lingkungan mereka. (http://id.wikipedia.org/wiki/Persepsi).
Persepsi ujaran adalah peristiwa ketika telinga menangkap sebuah bunyi yang dapat berupa bunyi lepas, kata, atau kalimat  (Su’udi, 2011:19). Kalau orang tidak dapat mendengar bunyi dengan jelas, tentu saja orang tidak menangkap maknanya, lebih-lebih kalu bunyi itu berupa kalimat dan orang itu belum menguasai bahasa yang digunakan dalam kalimat tersebut. Ketidakmampuan menangkap bunyi yang didengar bisa disebabkan oleh berbagai sebab, yaitu yang disebabkan oleh ketidaksempurnaan organ dengar dan kedua yang berasal dari materi yang didengar. Ketidaksempurnaan persepsi bunyi antara lain disebabkan oleh kecepatan bunyi yang didengar, khususnya kalau berupa kalimat.
Menurut Dardjowidjojo (2011:49) persepsi terhadap ujaran bukanlah suatu hal yang mudah dilakukan oleh manusia  karena ujaran merupakan suatu aktivitas verbal yang meluncur tanpa ada batas waktu yang jelas antara satu kata dengan kata yang lain.
Perhatikan tiga ujaran berikut ini:
a.         Bukan angka                      Meskipun ketiga ujaran ini berbeda maknanya satu
b.         Buka nangka                    dengan yang lain, dalam pengucapannya ketiga bentuk
c.         Bukan nangka                  ujaran ini bisa sama [bukanaNka].

2.      TAHAPAN PEMROSESAN UJARAN


Gmbr 1.1 Proses mempersepsi Ujaran

Menurut  Clark  & Clark dalam  Dardjowidjojo (2011:49-52) pada dasarnya ada tiga tahap dalam pemrosesan persepsi bunyi, yaitu :
1)      Tahap auditori: Pada tahap ini manusia menerima ujaran sepotong demi sepotong. Ujaran ini kemudian ditanggapi dari segi fitur akustiknya. Konsep-konsep seperti titik artikulasi, cara artikulasi, fitur distingtif, dan VOT sangat bermanfaat di sini karena ihwal seperti inilah yang memisahkan satu bunyi dari bunyi yang lain. Bunyi-bunyi dalam ujaran itu kita simpan dalam memori auditori kita.
2)      Tahap fonetik : Bunyi-bunyi itu kemudian kita identifikasi. Dalam proses mental kita,kita lihat, misalnya apakah bunyi tersebut [+konsonantal], [+vois], [+nasal], dst. Begitu pula lingkungan bunyi itu : apakah bunyi tadi diikuti oleh vokal atau oleh konsonan. Kalau oleh vokal, vokal macam apa – vokal depan, vokal belakang, vokal tinggi, vokal rendah, dsb. Seandainya ujaran itu adalah Bukan nangka , maka mental kita menganalisis bunyi /b/ terlebih dahulu dan menentukan bunyi apa yang kita dengar itu dengan memperhatikan hal-hal  seperti titik artikulasi, cara artikulasi, dan fitur distingtifnya. Kemudian VOTnya juga diperhatikan karena VOT inilah yang akan menetukan kapan getaran pada pita suara itu terjadi. Segmen-segmen bunyi ini kemudian kita simpan di memori fonetik. Perbedaan antara memori auditori dengan memori fonetik adalah bahwa pada memori auditori semua variasi alofonik yang ada pada bunyi itu kita simpan sedangkan pada memori fonetik hanya fitur-fitur yang sifatnya fonemik saja. Misalnya, bila kita mendengar bunyi [b] dari kata buntu  maka yang kita simpan pada memori auditori bukan fonem /b/ dan bukan hanya titik artikulasi, cara artikulasi, dan fitur-fitur distingtifnya saja tetapi juga pengaruh bunyi /u/ yang mengikutinya. Dengan demikian maka [b] ini ssedikit banyak diikuti oleh bundaran bibir (lip – rounding) . Pada memori fonetik, hal-hal seperti ini sudah tidak diperlukan lagi karena begitu kita tangkap bunyi itu sebagai bunyi /b/ maka detailnya sudah tidak signifikan lagi. Artinya, apakah /b/ itu diikuti oleh bundaran bibir atau tidak, tetap saja bunyi itu adalah bunyi /b/. Analisis mental yang lain adalah untuk melihat bagaimana bunyi-bunyi itu diurutkan karena urutan bunyi inilah yang nantinya menentukan kata itu kata apa. Bunyi /a/, /k/, dan /n/ bisa membentuk kata yang berbeda bila urutannya berbeda. Bila /k/ didengar terlebih dahulu, kemudian /a/ dan /n/ maka akan terdengarlah bunyi /kan/; bila /n/ yang lebih dahulu, maka terdengarlah bunyi /nak/.
3)      Tahap fonologis : Pada tahap ini mental kita menerapkan aturan fonologis pada deretan bunyi yang kita dengar untuk menetukan apakah bunyi-bunyi  tadi sudah mengikuti aturan fonotaktik yang pada bahasa kita. Untuk bahasa Inggris, bunyi  /h/ tidak mungkin memulai suatu suku kata. Karena itu, penutur Inggris pasti tidak akan menggabungkannya dengan vokal. Seandainya ada urutan bunyi ini dengan bunyi yang berikutnya, dia pasti akan menempatkan bunyi ini dengan bunyi di mukanya, bukan di belakangnya. Dengan demikian deretan bunyi /b/, /Ə/, /h/, /i/, dan /s/ pasti akan dipersepsi sebagai beng dan is , tidak mungkin be dan ngis.Orang Indonesia yang mendengar deretan bunyi /m/ dan /b/ tidak mustahil akan mempersepsikannya  sebagai /mb/ karena fonotaktik dalam bahasa kita memungkinkan urutan seperti ini seperti pada kata mbak dan mbok  meskipun kedua-duanya pinjaman dari bahasa Jawa. Sebaliknya, penutur Inggris pasti akan memisahkan kedua bunyi ini ke dalam dua suku yang berbeda.Kombinasi bunyi yang tidak dimungkinkan oleh aturan fonotaktik bahasa tersebut pastilah akan ditolak. Kombinasi /kt/, /fp/, atau /pk/ tidak mungkin memulai suatu suku sehingga kalau terdapat deretan bunyi /anaktuhgal/ tidak mungkin akan dipersepsi sebagai /ana/ dan /ktuhgal/ secara mental dengan melalui proses yang sama. Kemudian bunyi /k/, dst. Sehingga akhirnya semua bunyi dalam ujaran itu teranalisis. Yang akan membedakan antara bukan nangka, bukan angka, dan buka nangka adalah jeda (juncture) yang terdapat antara satu kata dengan kata lainnya.

3.      FONOTAKTIK
Kridalaksana (1993:46) memberikan pengertian mengenai fonotaktik yaitu, urutan fonem yang dimungkinkan dalam suatu bahasa, deskipsi tentang urutan tersebut.
Menurut Dardjowidjojo (2008:41) Tiap bahasa memiliki sistem sendiri-sendiri untuk menggabungkan fonem agar menjadi suku dan kemudian kata. Dengan demikian tidak mustahil adanya dua bahasa yang memiliki beberapa fonem yang sama tetapi fonotaktiknya berbeda. Bahasa Inggris dan bahasa Indonesia,misalnya memiliki fonem /p/, /s/, /k/, /r/, dan /l/. Akan tetapi, fonotaktik bahasa Inggris memungkinkan penggabungan /s-p-r/ dan /s-p-l/ pada awal suku seperti terlihat pada kata sprite /sprait/ dan split /split/.
Menurut Su’udi (2011:24-26) Fonotaktik merupakan pengaturan urutan fonem.  Fonotaktik tiap bahasa berbeda. Orang Indonesia tidak dapat atau sukar sekali mengucapkan kata ‘kompleks’, ‘konstruksi’, sprite’, ‘film’, excuser’, ‘grande’ karena dia tidak dapat mempersepsinya dengan tepat. Untuk mengucapkan secara tepat dibutuhkan  latihan yang memadai dalam dua tahap. Mula-mula latihan organ pendengaran agar organ tersebut terbiasa mendengar fonotaktik asing, seperti /ks/, /ns/, /sp/, /lm/, atau /ãd/. Kemudian tahap kedua, latihan organ tersebut luwes dalam mengartikulasikan bunyi denagn fonotaktik bahasa asing.
Apabila diperhatikan dan kita kaitkan fonotaktik dengan fonetik, akan tampak bahwa umumnya konsonan yang dapat mendahului konsonan lain, tentu berupa konsonan yang dapat mendahului konsonan lain. Titik artikulasi /p/ (bilabial) memungkinkan berpindah ke titik artikulasi /r/ (dental) tanpa harus terkilir atau tergigit lidahnya atau tersengal nafasnya. Lain halnya dengan titik astikulasi /l/ dengan /s/,  perpindahan titik relatif jauh dan berbeda.
Pengetahuan tentang fonotaktik yang berbeda dari satu bahasa ke bahasa lain menyadarkan para pengajar bahasa perlunya perhatian kusus dalam pembelajaran bahasa asing. Bunyi/film/ akan menjadi /filem/ dan bunyi /rileks/  menjadi /rilek/.

4.      TILAS NEUROFISIOLOGIS
Tilas neurofisiologis (neurophysiological) adalah jejak/ tilas di otak yang menunjukkan bahwa dia pernah mendengar bunyi tertentu (Su’udi, 2011:200).  Otak adalah salah satu komponen dalam susunan saraf manusia. Komponen lainnya adalah sumsum tulang belakang atau medulla spinalis dan saraf tepi. Yang pertama, otak berada di dalam ruang tengkorak, medula spinalis berada di dalam ruang tulang belakang, sedangkan saraf tepi (saraf spinal dan saraf otak) sebagian berada di luar kedua orang tadi (Kusumoputro dalam Abdul Chaer, 2009:116).
Otak seorang bayi ketika baru dilahirkan beratnya kira-kira hanyalah 40% dari berat otak orang dewasa, sedangkan makhluk primata lain seperti kera dan simpangse adalah 70% dari otak dewasanya (Menyuk dalam Abdul Chaer, 2009:116). Dalam waktu yang tidak terlalu lama otak manusia berkembang menuju kesempurnaan. Sebaliknya makhluk primata seperti kera yang ketika lahir telah memiliki 70% dari otaknya tentunya telah dapat berbuat banyak sejak lahir yang hanya memerlukan tambahan sedikit saja. Perbedaan otak manusia dan makhluk lain tidak hanya terletak pada beratnya saja, melainkan juga pada struktur dan fungsinya. Pada otak manusia ada bagian-bagian yang sifatnya dapat disebut manusiawi, seperti bagian-bagian yang berkenaan dengan pendengaran, ujaran, pengontrolan alat ujaran, dan sebagainya. Pada otak makhluk lain tidak ada bagian-bagian yang berkenaan dengan ujaran itu.
Dalam perkembangan otak  manusia memiliki masa emas yang disebut Golden period yang dimulai saat trimester kehamilan hingga si kecil berusia 2 tahun (http://www.meadjohnson.co.id/parenting-tips/perkembangan-anak/sudahkah-ibu-mengoptimalkan-perkembangan-otak-si-kecil). Masa ini adalah masa di mana otak si kecil mengalami perkembangan yang luar biasa cepat. Saat mencapai usia 2 tahun, berat otak si kecil telah mencapai 75% berat otak dewasa dan pertumbuhan otaknya telah mencapai 90%. Perkembangan pesat ini terjadi sangat singkat dan sekali seumur hidupnya, karena itu disebut golden period.
Gmbr 1.2 Pesatnya perkembangan otak manusia selama golden period

Dalam golden period ini, terjalin koneksi antar sel-sel saraf otak (proses sinaptogenesis). Saat satu sel saraf otak dengan sel saraf otak lainnya berkomunikasi, terjadi proses penangkapan pesan (neurotransmitter) dari sel saraf otak yang satu ke sel saraf otak yang lain. Komunikasi yang efektif antar sel saraf otak adalah saat otak dapat mengolah rangsangan yang diterima dan menyimpannya sebagai informasi. Semakin banyak komunikasi efektif yang terjadi, semakin baik perkembangan pembelajaran (learning) dan daya ingat (memori) si kecil.

Perkembangan atau pertumbuhan otak manusia menurut Volpe dalam Abdul Chaer (2009:118) terdiri atas enam tahap:
(1)   Pembentukan tabung neural
(2)   Profilerasi selular untuk membentuk calon sel neuron dan glia
(3)   Perpindahan selular dari germinal subependemal ke korteks,
(4)   Deferensiasi selular menjadi neuron spesifik,
(5)   Perkembangan akson dan dendrit yang menyebabkan bertambahnya sinaps (perkembangan dendrit tergantung fungsi daerah tersebut).
(6)   Eliminasi selektif neuron, sinaps, dan sebagainya untuk spesifikasi.
Perkembangan tahap 1 sampai  dengan 4 terjadi pada masa kandungan dan tidak dipengaruhi oleh dunia luar. Sedangkan tahap 5 dan 6 berlangsung terus setelah lahir dan dipengaruhi oleh dunia luar atau keadaan sekitarnya (Goodman dalam Abdul Chaer, 2009:11). Pada tahap perkembangan ini ada dua masa yang merupakan masa terjadinya laju perkembangan pesat dalam otak yaitu antara bulan kedua dan bulan ke empat masa kandungan (terjadi pembelahan sel). Antara bulan kelima kandungan sampai 18 bulan sesudah lahir terjadi pertambahan oligendendroglia. Oleh karena itu, dua tahun pertama kehidupan disebut juga sebagai masa kritis perkembangan karena stimulasi dan intervensi pada masa ini memberikan perkembangan paling maksimal.

C.      PENUTUP



D.      DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. 2009. Psikolinguistik, Kajian Teoritik.Jakarta:Rineka Cipta.
Dardjowidjojo, Soenjono. 2003. Psikolinguistik.Jakarta :Yayasan Obor Indonesia.

http://id.wikipedia.org/wiki/Persepsi (diunduh  pada tanggal 17 April 2013).


Su’udi, Astini.2011. Pengantar Psikolinguistik bagi Pembelajar Bahasa Perancis. Semarang:Widya Karya.

KridaLaksana, Hari Murti. 1993. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia.













GLOSSARIUM
Akson                     :  1. Anat tonjolan serat saraf yang dimulai pada sel saraf; (nomina)
    2. Bio taji sel saraf yang secara normal membawa rangsangan dari badan sel   saraf  lain
Germinal                     : tingkat yang paling primitif dari organisasi jaringan
Sel glia                                : sel otak selain neuron yang memberikan dukungan struktural, nutrisi, dan
                                      lainnya ke otak.
Korteks                        : bagian luar dari suatu alat organ
Neuron                         : adalah jenis tertentu dari sel yang khusus untuk menyimpan dan  mengirimkan informasi
Oligendendroglia          : sel-sel yang paling banyak berfungsi untuk menyokong kebutuhan dari sel ..neuron
Proliferasi                   : fase sel saat mengalami pengulangan siklus sel tanpa hambatan
Sinaps                           : adalah   sel-sel  persimpangan  yang memungkinkan sinyal-sinyal kimia .....................................atau listrik diteruskan dari satu neuron ke neuron lain atau sel otot.
Diferensiasi                  : proses pematangan sel primitif ke dalam jenis-jenis sel khusus fungsional tubuh seperti ketika sel induk darah menghasilkan sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar